PROKAL.CO, CATATAN: RESTU AULIA
(Kepala Biro Humas Pondok Pesantren
Trubus Iman Padang Pengrapat, Tanah Grogot)
Trubus Iman Padang Pengrapat, Tanah Grogot)
AJARAN Islam meliputi aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Islam memperhatikannya dengan porsi sangat besar. Bahkan, keseluruhan ajaran Islam bersumber dari Alquran dan Al Hadis merupakan materi pendidikan dan ilmu pengetahuan yang luar biasa.
Mendidik adalah bagian dari integral seorang Muslim. Sejarah mencatat, selama 13 tahun, Rasulullah mendidik orang-orang beriman di Madinah. Sebuah fase pendidikan yang memiliki nilai-nilai historis yang luar biasa. Dengan bimbingan Alquran beliau mendidik sejumlah sahabat, sehingga mampu mencetak pribadi-pribadi agung yang kelak menjadi pendidik sejati, menawarkan nilai-nilai ke-ilahiaan penuh rahmat kepada dunia, sehingga membentuk jamaah yang memiliki keistimewaan dalam akidah, perilaku, dan tujuan hidup mereka.
Dalam Alquran Surat Al Jumuah Ayat 2 berbunyi: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf, seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (As Sunnah). Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Al Jumuah:2).
Berbicara tentang pendidikan tampaknya belum lengkap bila seorang guru tidak dilibatkan di dalamnya. Ayat di atas jelas melukiskan peran guru dalam membimbing manusia menuju jalur yang benar. Sehingga selamat dari jalan yang sesat. Dalam perjalanan hidupnya, Rasulullah SAW pun menugaskan Jafar bin Abu Thalib ke Habasyah dan Mushab bin Umeir ke Yastrib untuk mendidik penduduk Yastrib yang telah memeluk agama Islam.
Betapa mulianya menjadi guru, karena kemuliaannya itu sampai-sampai guru mendapatkan sanjungan dan gelar kehormatan dari Rasulullah. Salah satunya adalah “Kada Al-Mudarrisu an Yakuna Nabiyyan”, hampir-hampir guru itu seperti nabi.
Maka, andaikata ada nabi setelah Nabi Muhammad, guru itulah nabinya. Tanggung jawab guru sangatlah besar, guru tidak hanya sebatas mengajar kurikulum pelajaran saja, tetapi menciptakan lingkungan pendidikan yang baik dengan memberi contoh dan suri teladan yang baik bagi peserta didiknya. Dalam hal ini, Cooper mengemukakan empat kompetensi yang harus dimiliki guru. Pertama, memiliki pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia. Kedua, pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dikuasainya. Ketiga, sikap yang tepat tentang diri sendiri, dan terakhir keterampilan teknik mengajar.
Dari keempat kompetensi di atas hendaknya benar-benar harus diresapi seorang guru karena bagaimanapun guru merupakan objek figur dan idola bagi peserta didiknya. Namun ironisnya, dalam situasi sekarang, tugas dan tanggung jawab guru sebagaimana dikemukakan oleh Cooper di atas, tampaknya belum banyak dilakukan para guru. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus yang terjadi belum lama ini, di beberapa lembaga pendidikan, seperti menganiaya peserta didik, bahkan kasus yang sering kita dengar mencabulinya. Baru-baru ini ada seorang guru melakukan hal tersebut, sungguh sangat memalukan, bahkan merusak citra guru.
Kasus itu menggambarkan guru tersebut tidak menguasai materi yang akan disampaikan, bahkan urak-urakan di depan peserta didiknya. Padahal para guru sering kali mengikuti pelatihan-pelatihan soft skill di luar daerah, sampai saat ini tidak ada output-nya yang membangggakan peserta didik di Kabupaten Paser. (/jib/waz/k9)
No comments:
Post a Comment