Diskes: Kesadaran Penderita Masih Kurang
PROKAL.CO,
TANA PASER - Penderita tuberkulosis (TB) di wilayah Kabupaten Paser setiap tahun selalu ditemukan. Data dari Dinas Kesehatan (Diskes) sejak Januari 2016 hingga Agustus 2017, ada 343 kasus atau penderita yang ditangani tenaga medis. Kemudian tercatat pula 105 penderita yang dinyatakan sembuh dan 3 penderita meninggal dunia.
“Kasus tersebut merupakan kalkulasi dari tahun 2016 yang sebagian penderitanya masih menjalankan perawatan hingga 2017 ini. Tahun 2016 sebanyak 261 kasus. Januari hingga Agustus 2017 sebanyak 82 kasus tuberkulosis,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Paser I Dewa Made Sudarsana didampingi Staf Pengadministrasian Program TB dan Filariasis Tri Yuliyanti, Rabu (13/9).
Yuliyanti mengungkapkan, penyakit infeksi yang disebabkan bakteri mikobakterium tuberkolosa dapat diderita segala usia. Namun, di Paser, sebagian besar penderita berusia produktif dan anak di bawah 12 tahun. Sejak 2016, terdapat empat kasus TB yang penderitanya anak-anak.
Gejala penyakit ini pada umumnya batuk secara terus-menerus selama lebih dari satu minggu. Berikut, terjadi penurunan berat badan secara drastis, selalu berkeringat di malam hari dan lemas. Jika mengalami gejala itu, sebaiknya periksakan kesehatan di pusban dan puskesmas,” ungkapnya.
Menurut dia, kesadaran para penderita masih minim. Banyak penderita yang menghentikan pengobatan saat dua bulan pengobatan. Padahal, umumnya penderita yang masuk kategori 1 harus menjalani pengobatan selama 6 bulan. Sedangkan penderita pada kategori 2 berobat selama 8 bulan.
“Kategori 1 dianjurkan meminum obat selama 6 bulan, dan obat itu diberikan secara bertahap tanpa dipungut biaya. Jika dikalkulasikan, obat-obatan dapat menyentuh Rp 20 juta per orang. Kategori 2 diberikan suntikan obat selama 48 hari dan meminum obat juga,” jelasnya.
Upaya jemput bola atau mengantarkan langsung obat-obatan kepada penderita telah dilakukan petugas medis di setiap puskesmas. Yulianti menuturkan, terdapat perubahan pada pengobatan 2 bulan pertama, yang menyebabkan banyak penderita merasa sembuh dan enggan melanjutkan pengobatan.
“Pada dua bulan pertama itu, kuman hanya pingsan, tidak mati. Ada baiknya pengobatan dilakukan hingga penderita dinyatakan negatif. Sebab, sangat berbahaya jika menularkannya pada orang lain terutama keluarga sendiri,” jelasnya. (*/ns/san/k16)
No comments:
Post a Comment