Wednesday, July 19, 2017

Keluarga Humaida Memulai Kehidupan dari Nol

Oleh: ADI PRIYATMANA Wartawan Paser Pos

PROKAL.COKorban dugaan malapraktik, Humaida (47) kini memulai kehidupan baru. Ya, setelah bertahun-tahun dirawat di rumah sakit, kini dia dipulangkan ke rumahnya di jalan negara Kelurahan Kuaro, RT 19, RW 6, Sei Rat atau tak jauh dari pertigaan Desa Padang Jaya.

DI rumahnya yang hanya berukuran 5x5 meter, Humaida hanya bisa terbaring. Humaida yang lumpuh sejak disuntik steril KB enam tahun lalu itu, kini tinggal di rumah bersama sang suami dan empat orang anaknya.
Sebelum dibawa pulang, Humaida dirawat di RS Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda dengan mengantongi disposisi dari gubernur Kaltim. Sekira tujuh bulan Humaida mendapatkan perawatan karena tak kunjung membaik, pihak keluarga memutuskan untuk membawa pulang.
“Dokter di RS AWS mengatakan sudah angkat tangan. Awalnya pihak dokter menargetkan bisa bergerak dan duduk. Tapi setelah enam bulan lebih di sana tidak juga ada perubahan, sehingga kami memutuskan untuk membawa Ibu pulang,” kata Januar Asar, putra sulung Humaida saat Paser Pos berkunjung ke rumahnya, Selasa (18/7).
Menurutnya, penanganan di RS AWS tidak jauh berbeda dengan di RS Panglima Sebaya Tanah Grogot. Hanya saja di RS AWS terdapat tenaga psikoterapis yang melatih tangan ibunya agar tidak kaku. Namun, menurut Januar, tenaga psikoterapis tersebut jarang datang dengan alasan banyaknya pasien lain yang ditangani.
“Terkadang tiga hari sekali, empat hari, dan seminggu baru menangani ibu. Jadi kebanyakan saya sendiri yang memberi terapi karena sebelumnya saya sudah diajari,” ujarnya.
Januar menjalin komunikasi dengan pihak dokter RS AWS. Dokter pun cukup berupaya menjaga kondisi ibunya tidak semakin parah. Namun untuk menyembuhkan peluangnya kecil, bahkan tidak memungkinkan.
“Dokter bilang ibu sudah tua. Kecuali masih anak-anak, bagian otaknya bisa terus tumbuh dan masih bisa diperbaiki. Masa golden age-nya sudah hilang,” ucap Januar menirukan perkataan dokter.
Maklum, saat melahirkan anak kelimanya, Humaida berusia 41 tahun. Meskipun tim dokter telah angkat tangan, Januar menyebut pihak rumah sakit tetap menerima perawatan ibunya tanpa biaya. Bahkan, Humaida diantar dari RS AWS ke rumahnya di Kuaro.
“Karena ada disposisi gubernur, jadi sampai pelayanan ambulans bisa dibantu,” tambah pemuda lulusan S-1 Jurusan Komunikasi Universitas Mulawarman ini.
Pertimbangan membawa ibunya pulang sudah dipikir matang-matang. Salah satu alasannya untuk menyusun keluarga kembali mulai dari nol. Jika di rumah sakit, maka dia akan jauh dengan anak-anaknya. Di Kuaro meskipun tidak ada keluarga, masih ada tetangga yang memperhatikan. Setidaknya Januar dan bapaknya bisa sambil mencari penghasilan untuk menyekolahkan adik-adiknya.
“Kalau ibu di rumah sakit, kita kan terpisah. Di sini kami mau memulai lembaran kehidupan baru, bisa ngumpul, sekalipun ngumpul dalam keadaan begini,” jelasnya.
Kendati sudah berupaya untuk menyembuhkan ibunya, Januar dan keluarga tetap optimis dengan kesembuhan ibunya. Januar berharap peristiwa yang menimpa ibunya merupakan peristiwa terakhir dan tidak terulang kembali kepada orang lain. (apy/cal/bersambung/k1)

No comments:

Post a Comment