PROKAL.CO, TANA PASER – Berbeda dari kebanyakan remaja saat ini, Ade Lufty Novi Andika remaja berusia 17 tahun lebih gemar menghabiskan waktu luangnya untuk berlatih memainkan alat musik tradisional sape. Alat musik dari suku Dayak Kalimantan itu dipelajarinya secara autodidak, dalam hitungan satu bulan saja. Dan, kini sudah menginjak satu tahun lamanya Ade rutin berlatih memainkan instrumen-instrumen musik sape.
Kerap melihat penampilan sang kakek bermain alat musik gambus sejak kecil membuat putra dari pasangan Nurdin dan Sandiyani ini, mulai tertarik dengan permainan musik-musik tradisional. Bergabung dengan ekstrakurikuler (ekskul) musik tradisional saat masih duduk di bangku kelas IX (sembilan) SMP dijadikan awal bagi Ade Lufty belajar mengenal alat-alat musik.
"Sejak bergabung dengan Traditional Music Cultur (TMC) tahun 2015 lalu, saya bisa memainkan alat musik gambus tapi tidak terlalu menguasai. Kalau sape itu saya mulai belajar dari YouTube dan Instagram. Kurang lebih satu bulan saya sudah bisa memainkan alat musik sape," ungkapnya.
Remaja yang sangat menggemari Uya Morris (pemain sape) ini bermimpi dapat menciptakan kelas musik tradisional sendiri. Mimpinya tersebut ternyata di respons baik oleh kepala sekolah SMA 1 Tanah Grogot yang menjadi tempatnya menempuh pendidikan saat ini.
"Keinginan pasti ada. Kemarin sudah saya diskusikan dengan kepala sekolah dan rencananya beliau mau membelikan alat musik sape untuk berlatih di sekolah. Saya diminta mengajarkan teman-teman di sekolah nanti," ungkap Ade.
Selain berlatih sendiri, Ade juga beberapa kali diundang untuk tampil di sejumlah acara. Baginya, penampilan-penampilan pada pentas seni atau acara pernikahan menjadi modal untuknya agar dapat percaya diri saat tampil di ajang perlombaan di kota-kota besar.
"Dua kali ada festival musik sape tapi saya enggak sempat ikut karena berbenturan dengan jadwal ulangan. Semoga tahun ini ada lagi perlombaan dan berkesempatan untuk ikut serta," harapnya.
Ade mengungkapkan, saat ini dia sudah menguasai empat instrumen tradisional, yaitu Datun Julud, Leleng, Sape Leto dan Lan E Tuyan. Dan satu musik pop berjudul Surat Cinta Untuk Starla. Dia mengaku juga sedang mempersiapkan instrumen sape ciptaannya sendiri dan masih terinspirasi dari pemain sape idolanya, Uya Morris.
Di sela-sela bincang dengannya, terselip harapan agar remaja seusianya dapat ikut melestarikan budaya dan musik-musik tradisional, khususnya musik Paser. Ke depan dia berencana membentuk komunitas seperti yang sudah di bentuk di Kota Balikpapan dan Samarinda, agar lebih banyak lagi remaja yang tertarik untuk belajar bersama.
" Harapannya tentu bisa lebih mahir dan dapat mengikuti perlombaan di tingkat nasional. Kalau waktu SMP dulu sudah pernah ke nasional tampil di Manado dan masuk 10 besar. Semoga bisa seperti itu lagi," tuturnya . (*/ns/one/k18)
No comments:
Post a Comment